Jepang, 1-7 Oktober 2019 adalah pelaksanaan Japan-Asia Youth Exchange Program in Science JST 2019 (Japan Science and Technology Agency) dengan diikuti mahasiswa-mahasiswa dari dua negara yakni Indonesia dan Taiwan. Program JST 2019 adalah tahun kedua setelah adanya JST 2018. Program tersebut diikuti oleh 10 mahasiswa Indonesia yang berasal dari IAIN Tulungagung, UIN Sunan Ampel, UIN Malik Ibrahim dan UIN Alauddin Makassar serta 2 dosen pendamping dari UIN Malik Ibrahim dan UIN Alauddin Makassar. Selain itu, ada 5 mahasiswa dengan satu dosen pendamping dari National Chung Hsing University (NCHU) Life Science Taiwan.

Pelaksanaan program berlangsung dalam waktu lima hari pada tanggal 2-6 Oktober 2019 di Jepang yang berupa trip dan short course. Pada tanggal 1 dan 7 Oktober digunakan untuk perjalanan pergi dan pulang. IAIN Tulungagung berkesempatan mengirimkan satu perwakilan dari Jurusan Tadris Biologi yakni Rafinda Herina Suci dengan melalui berbagai tahapan seleksi. Perkuliahan singkat (short course) ini bertempat di Marine Biological Laboratory (MBL) Hiroshima University dengan didampingi langsung oleh empat Sensei yaitu Kunifumi Tagawa (Assoc. Prof) sebagai Director, Tatsuya Ueki (Assoc. Prof), Asuka Arimoto (Assist. Prof), Kenji Kobayashi (Assist. Prof), dan beberapa staff Marine Biological Laboratory (MBL).

Perkuliahan singkat (short course) ini terfokus pada pengamatan binatang-binatang laut dengan mikroskop yang menjadi objek penelitian para Sensei di Marine Biological Laboratory (MBL) Hiroshima University. Prof. Kunifumi Tagawa, Prof. Ueki, Prof. Arimoto dan Prof. Kobayashi sebagai pemateri pada hari pertama short course dengan materi “Classification and phylogeny of marine organisms, plankton collection and their observatons, dan anatomy o marine organisms”. Hal yang begitu berkesan bagi para mahasiswa pada program ini adalah letak laboratorium yang berhadapan langsung dengan laut dan ketika melakukan penelitian tentang binatang-binatang laut dapat langsung dilakukan di laut tersebut. Pada hari kedua program, penyampaian materi mengenai “Evolution and development of marine animals dan observations of normal development of marine animals” oleh Prof. Kunifumi Tagawa, Prof. Arimoto dan Prof. Kobayashi. Penyampaian materi pada perkuliahan singkat ini bisa dibilang santai tapi serius dengan mendapat bimbingan dari para Sensei pada tiap mahasiswa yang selalu dicek satu per satu saat melakukan pengamatan.

(Foto bersama di UNESCO World Heritage Miyajima)

Hari ketiga adalah agenda jalan-jalan di Hiroshima Peace Memorial Park dan UNESCO World Heritage Miyajima. Hiroshima Peace Memorial Park erat kaitannya dengan pengeboman Hiroshima dan Nagasaki yang terjadi pada bulan Agustus 1945 oleh Amerika Serikat. Museum ini menjadi tanda bahwa pernah ada sejarah begitu memilukan terjadi dan memakan puluhan ribu korban jiwa hingga korban yang terkena paparan radiasi dari bom nuklir yang mengakibatkan adanya mutasi genetik. Sedangkan, UNESCO World Heritage Miyajima adalah salah satu tempat “iconic” yang ada di Prefektur Hiroshima. Pulau Miyajima ini terkenal memiliki Kuil Itsukushima yang termasuk dapal 3 top scenic sight di Jepang (dua lainnya adalah pine-clad Island di Matsushima dan Amanohashidate di Kyoto). Kuil yang berlokasi di Miyajima, Prefektur Hiroshima ini memang tersohor dengan torii atau gerbang kuil yang “mengapung” di atas lautan. Bukan hanya gerbangnya saja, Bangunan dari Kuil Itsukushima pun juga “mengapung” di atas lautan. Selain mengunjungi kedua tempat itu di Jepang, peserta program juga berkesempatan mencoba makanan khas Jepang seperti sushi dan okonomiyaki serta berbagai kendaraan umum Jepang misalnya shinkansen, street car dan ferry.

Materi terakhir di laboratorium diisi oleh Prof. Ueki dalam satu hari penuh dengan materi tentang “Metal accumulation in ascidians dan measurement of metals of marine animals”. IAIN Tulungagung pernah menjadi tuan rumah untuk dua kali seminar bersama dengan Prof. Ueki dengan fokus penelitian Ascidian. Hal ini sama dengan apa yang didapatkan dengan mengikuti program tersebut, akan tetapi dibahas juga mengenai perhitungan kandungan logam yang bisa diserap oleh Ascidian dengan menggunakan alat AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry).

Agenda di hari terakhir program dilakukan kegiatan bersih-bersih pada setiap ruangan yang digunakan selama program berlangsung dan “self impression” oleh setiap mahasiswa program di hadapan para Sensei mengenai program JST 2019 yang sudah dilaksanakan. Ada banyak hal yang bisa diambil dari program short course ini yaitu perkuliahan lebih fokus pada praktek daripada teori dan kesungguhan dalam mengambil penelitian sehingga didapatkan hasil yang utuh dalam apa yang diteliti tersebut.