Pada hari Jum’at, 11 Oktober 2019 Jurusan Tadris Biologi bekerjasama dengan Pusat Studi RED-C FTIK IAIN Tulungagung mengadakan workhop dengan tema “Peningkatan Kompetensi Guru” atau disingkat KATA SI GURU di MI Miftahul Ulum Plosorejo, Kademangan, Blitar. Acara ini dibuka oleh Bapak Fajar Shodiq selaku kepala sekolah MI tersebut serta sambutan dari Ketua PPAI dan Ketua Yayasan Ma’arif NU Blitar. Bapak Fajar sangat mendukung kegiatan yang berupaya meningkatkan kualitas guru dan acara ini adalah ide beliau yang secara khusus meminta kedua narasumber (Nanang Purwanto, M.Pd. dan Haslinda Yasti Agustin, S.Si., M.Pd. dosen Tadris Biologi FTIK IAIN Tulungagung) untuk mengisi kegiatan tersebut. Kegiatan ini diikuti oleh bapak ibu guru SD se-Kecamatan Kademangan, dengan jumlah peserta mencapai 90 orang.
Dalam workshop ini dibahas tentang Desain Pembelajaran Berorientasi HOTS (Higher Order Thinking Skills) dan Pengembangan Soal-soal HOTS. Materi diawali dari alasan perubahan kurikulum menjadi kurikulum 2013. Selain karena perubahan zaman yang terus berkembang, berbagai kompetensi yang harus dikuasai di masa depan, adanya fenomena negatif yang mengemuka di masyarakat, juga karena adanya hasil assessment internasional yang diikuti Indonesia yaitu PISA (Programme for International Student Assessment), TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study), dan PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study). Sebagai perbandingan untuk sekolah dasar, hasil TIMSS adalah yang paling sesuai karena tes ini dilakukan pada siswa usia 8 tahun atau kelas 4 SD. Hasil TIMSS 2015 menunjukkan bahwa skor hasil matematika siswa kita sebesar 397 poin masih di bawah rata-rata (TIMSS Scale Centerpoint) sebesar 500 poin. Hasil Sains siswa kita juga sama sebesar 397 poin dan masih di bawah rata-rata (TIMSS Scale Centerpoint) sebesar 500 poin.
TIMSS membagi soal-soalnya menjadi 4 kategori yaitu LOW, INTERMEDIATE, HIGH, ADVANCE. Dari hasil analisis sebelumnya menunjukkan bahwa sebagian besar siswa kita bisa mencapai level Low dan Intermediate, serta sedikit sekali yang mencapai level High. Level High mengukur kemampuan bernalar siswa yang melibatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS). Siswa kita sudah sangat kesulitan mengerjakan soal tipe ini, dan inilah yang harus dievaluasi. Siswa kita tidak terbiasa mengasah kemampuan tersebut selama proses pembelajaran. Guru sebaiknya menyajikan/mendesain pembelajaran yang dapat memotivasi peserta didik untuk berpikir kritis, logis, dan sistematis sesuai dengan karakteristik pelajaran, yang pada akhirnya dapat membentuk kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills atau HOTS). Guru berusaha menyajikan pembelajaran yang variatif serta memberikan materi yang “tidak biasa”.
Setelah penyampaian materi awal dilanjutkan dengan materi pengembangan soal-soal HOTS. Pembuatan soal tidak sembarangan, harus diawali dari pembuatan indikator yang tepat. Penggunaan kata kerja operasional yang sesuai juga perlu diperhatikan. Soal yang sulit belum tentu soal HOTS. Soal yang melibatkan proses bernalar, kreatif, memecahkan masalah, membuat keputusan, baru inilah yang sudah mencapai level HOTS. Di akhir materi dilanjutkan dengan latihan membuat soal oleh bapak ibu guru peserta workshop. Lembar tugas diberikan pada tiap peserta dan langsung disambut dengan semangat. Setelah selesai, ada presentasi soal hasil karya bapak ibu guru, yang diwakili oleh 2 orang. Hasilnya langsung dibahas saat itu juga oleh kedua narasumber, serta diberikan masukan. Rata-rata soal yang dibuat masih sampai level menerapkan/mengaplikasikan, tapi sudah ada beberapa yang kreatif dan menemukan “feel” atau rasa berbeda dalam soal yang mereka buat. Sebaiknya latihan membuat soal HOTS ini tidak hanya dibuat ketika workshop saja, tapi juga diamalkan ketika sudah kembali ke sekolah masing-masing. Semoga kegiatan dan ilmu yang disampaikan hari ini membawa manfaat dan barokah bagi kita semua, Aamiin.